Senin, 04 Mei 2015

Menjual harpa untuk menolong wanita setia

Di kota Tai-ciu hidup seorang pelajar bermarga In, walau keluarganya miskin dan hidup bersahaja namun ia suka menolong orang, tak segan-segan mengambil uang sendiri untuk keperluan orang lain, hatinya lembut juga setia kawan, pribadinya memang luhur, maklum sebagai seorang pelajar meskipun gagal meraih gelar sarjana namun tetap menjunjung tinggi norma kesusilaan.

Waktu pelajar In masih remaja, kedua orang tuanya meninggal, ia tanpa saudara, maka hidupnya sebatang kara, setelah gagal mengikuti ujian negara, akhirnya ia menyembunyikan diri dalam sebuah gubuk yang ia bangun di atas gunung dalam hutan lebat. Setiap hari ia hanya menulis dan membaca sastra.

Suatu malam saat ia bermeditasi, sayup-sayup terdengar dua hantu sedang berbicara di luar jendela kamarnya.

Salah satu hantu sedang berkata :"Istri Lie Oen-bing yang tinggal di desa bagian timur itu, karena ditinggal pergi sang suami yang berdagang ke kota besar, sudah sekian tahun tidak kunjung pulang, sepucuk surat pun tidak pernah dikirim ke rumahnya. Ayah bunda suaminya menganggap dia pasti sudah meninggal di perantauan, maka mereka hendak memaksa menantunya agar menikah lagi dengan pria lain. Ternyata istri Lie Oen-bing adalah wanita yang setia dan suci, dengan tegas ia menolak keinginan kedua mertuanya, diam-diam ia bersumpah dalam hati kalau dipaksa menikah lagi maka ia akan bunuh diri. Jika dalam satu bulan ini Lie Oen-bing tetap tidak ada kabar beritanya, dia pasti bunuh diri. Itu artinya aku sudah punya roh pengganti.”

Diam-diam pelajar In mengingat betul percakapan kedua hantu itu. Esok paginya ia turun gunung pergi ke desa untuk mencari berita. Disana memang ada keluarga dan kejadian seperti yang dibicarakan kedua hantu semalam ia.

Rumah penduduk di desa umumnya tidak terlalu besar dan beratap rendah, terdiri atas dua atau tiga petak bagian luar dan belakang, sehari-hari pekerjaan mereka adalah bercocok tanam di sawah atau ladang, laki-laki dan perempuan semuanya bekerja. Maka dengan leluasa pelajar In itu melihat sendiri istri Lie Oen-bing yang rajin bekerja memang membengkak kedua matanya, karena sudah beberapa hari ini menangisi nasib buruknya, diam-diam pelajar In kagum terhadap wanita yang teguh pendiriannya ini, berani menentang kehendak kedua mertuanya untuk dinikahkan lagi dengan laki-laki lain, meski dengan segala pengorbanan, bila perlu ia rela berkorban jiwa dan raga.

Disamping kasihan, pelajar In juga mengerti posisinya. maka ia tidak tega melihat wanita yang setia ini harus bunuh diri untuk mempertahankan kesucian dirinya. Setiba di gubuknya, ia berpikir keras mencari akal bagaimana ia harus menolong wanita itu, karena otaknya yang cerdas sehingga tak lama kemudian ia menemukan solusi.

Dari kakek buyutnya ia mendapat warisan sebuah harpa. Ia berkeputusan untuk menjual harpa itu ke kota, padahal benda itulah satu-satunya harta berharga yang  masih ia miliki sekarang. Dengan 4 keping uang perak yang diprolehnya hasil menjual harpa, pelajar In mencari bentuk tulisan Lie Oen-bing. Syukurlah dari salah seorang pembantu di rumah Lie Oen-bing ini, pelajar In mendapat buku catatan dagang yang ditulis sendiri oleh Lie Oen-bing. Meski sudah lama dan robek, tetapi tulisan dalam buku itu masih jelas kelihatan. Dengan mencontoh bentuk tulisan Lie Oen-bing, pelajar In memalsukan sepucuk surat.

Kepada seorang teman yang dipercaya, ia serahkan 4 keping uang perak dan surat palsu itu. Memintanya supaya dikirim ke rumah Lie Oen-bing. Meski suratnya palsu tapi bentuk tulisan surat itu mirip dengan tulisan putranya, apalagi ada uang perak, maka kedua orang tua Lie Oen-bing percaya dan menjadi lega serta gembira, bahwa putra tunggal rnereka ternyata masih hidup. Sehingga tidak memaksa menantunya itu menikah lagi dengan laki-laki lain.

Satu bulan kemudian, saat tengah malam, pelajar In bermeditasi, kembali ia mendengar percakapan kedua hantu itu, “Sungguh sial... sebetulnya aku sudah menemukan penggantiku, namun tak disangka, pelajar ini telah menghancurkan harapanku. Istri Lie Oen-bing jelas tidak akan bunuh diri. Tiga bulan mendatang Lie Oen-bing juga pasti pulang ke rumahnya, sia-sia saja aku menunggu selama ini.”

Hantu yang lain berkata, “Eh, kenapa kau tidak bunuh saja pelajar keparat itu?"

“Hus..” bentak hantu yang bicara duluan, ”Di kehidupan lampau pelajar ini adalah orang yang punya rejeki besar. Pada masa hidupnya yang sekarang ia juga sering berbuat baik, suatu saat ia akan lulus ujian negara dan menjadi pejabat tinggi. Mana berani aku membuat celaka orang yang mendapat berkah dari langit.”

Tiga bulan kemudian, Lie Oen-bing benar-benar pulang dari perantauan. Demikian pula pelajar In yang baik hati ini akhirnya lulus dalam ujian di ibu kota kerajaan. Sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, kaisar memberikan jabatan tinggi, setingkat dengan menteri padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar