Minggu, 19 April 2015

Memancing Ikan

Lin Cia Chun adalah seorang pegawai negeri, dia mempunyai satu hobi yaitu memancing. Saat libur, dia pasti ikut berpartisipasi dalam klub memancing dengan berlayar ke laut lepas. Di Thailand ini merupakan olahraga yang terbaru.

Klub memancing ini memiliki anggota antara 80 hingga 90 orang, namun yang sering berlayar sambil memancing hanyalah sekitar 30 orang. Setiap hari minggu dengan berbekal arak dan makanan ringan, mereka pun mulai berlayar ke laut ketika subuh. Di tengah laut, mereka mulai memancing sambil minum arak, lalu ikan yang baru dipancing itu kemudian dibakar dan dicampur dengan arak, rasanya manis dan lezat.

Kira-kira jam 4 sore baru kembali ke darat, ikan hasil pancingan sebagian ada yang dibawa pulang ke rumah dan sebagian lagi diserahkan ke koki klub tersebut. Mereka meminum arak sambil makan ikan yang segar, ada yang main kartu, ada juga yang main billiard, sampai tengah malam atau kadang sampai esok pagi baru selesai dan pulang ke rumah, saat yang paling bahagia dalam kehidupan mereka hanya seperti itu saja.

Klub memancing ini awalnya hanya 7 anggota saja, namun lama kelamaan bertambah hingga 90 orang. Cia Chun adalah anggota yang paling aktif, sampai ada orang yang bilang bahwa klub pancing ini seperti rumahnya sendiri, memancing adalah istrinya dan diapun tidak menyangkalnya. Namun sejak tahun lalu anggotanya mulai berkurang, setiap hari minggu yang datang berkumpul hanya tinggal 30 orang dan yang masih berlayar paling hanya 7 atau 8 orang saja.

Kegiatan berlayar yang dulunya sangat diminati itu, lama-kelamaan menjadi sepi, klub memancing pun mulai pasif dan akhirnya tutup sama sekali. Ternyata penyebabnya adalah 2 kejadian yang terjadi berturut-turut. Kejadian ini sangat aneh, sehingga membuat Cia Chun yang tidak percaya akan agama dan hukum karma pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Kejadian yang pertama itu menimpa anggota klub senior, namanya Nai Pan. Suatu kali di hari minggu Nai Pan tidak ikut memancing, karena menemani istrinya menghadiri pesta ulang tahun mertua. Sang mertua termasuk orang yang cukup ternama, sehingga banyak tamu-tamu agung yang datang mengucapkan selamat ulang tahun. Pesta tidak dirayakan di hotel, melainkan orang-orang sendiri yang memasaknya.

Di tempat itu bila diadakan pesta pasti tersedia banyak menu, biasanya daging sapi, daging babi lalu ada ikan, udang, daging bebek dan daging angsa, ada yang digoreng ada yang dibakar, ada pula tersedia sop ikan yang pedas, orang Thailand menyebutnya "nong cen", para tamu boleh makan dan minum hingga puas.

Nai Pan mempunyai 1 kesenangan yaitu suka makan isi perut ikan, ya ususnya, ya ginjalnya, semuanya tak ada yang disisakan. Hari ini Nai Pan mendapatkan masakan 1 ikan besar, betapa girangnya dia, dia tidak mengigitnya pelan-pelan namun langsung ditelannya. Begitu baru ditelan sampai di tengah tenggorokan, dia merasa dalam tenggorokannya ada benda keras yang menempel, dia cepat-cepat menggunakan tangan untuk menariknya, tapi tetap tak bisa ditarik keluar, juga tidak bisa ditelan, sehingga benar-benar kesulitan bernafas, ingin menjerit saja tidak mampu.

Yang pertama kali merasa Nai Pan tidak beres adalah iparnya lalu dengan cepat-cepat menuntunnya, tapi pada saat itu mata Nai Pan sudah memutih, badan sudah lemas, nafas pun hampir terputus. Semua orang kalang kabut dan cepat-cepat memapah Nai Pan naik ke mobil dan segera diantar ke puskesmas terdekat, tapi petugas disana tidak bisa mengurusnya sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit pemerintah, namun sayangnya baru sampai pertengahan jalan, Nai Pan menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Walaupun orangnya sudah meninggal, namun dokter tetap melakukan otopsi untuk melihat penyebab kematian Nai Pan. Dokter membelah tenggorokan Nai Pan, setelah dilihat ternyata penyebab kematiannya adalah jeroan ikan, benar-benar aneh! Dokter dan suster serta teman sanak saudara menjadi binggung, ternyata ada kejadian yang aneh seperti ini. Jeroan ikan yang berada dalam tenggorokan itu di dalamnya terdapat sebuah kail pancing. Kail itu menggantung di tenggorokan bagian atas, maka dari itu waktu teman-temannya memasukan tangan ingin mengambil benda itu sangatlah susah.

Semua orang yang berada disitu setelah melihat kejadian ini, dengan sendirinya sadar bahwa Nai Pan adalah anggota klub memancing, sehari-hari biasanya memang hobi memancing, dia paling pandai memancing, di saat orang lain tidak mendapatkan hasil pancingan, namun Nai Pan mendapatkan hasil yang banyak. Di saat meninggal, matanya membalik putih, mulut terbuka lebar, di dalam mulutnya terdapat kail yang mengail mulutnya, persis seperti keadaan ikan yang biasa terpancing olehnya, sehingga membuat bulu roma merinding, maka jangan tidak percaya hukum karma, bagaikan bayangan mengikuti badan.

Sedangkan masalah yang ke dua juga terjadi pada anggota klub memancing yang bernama Yang Pi Ik, ia adalah pakar memancing, sering mengikuti perlombaan, selalu mendapatkan juara 1. Belum lama ini Yang Pik Ik membeli motor, setiap malam bersama sang kekasih pergi jalan-jalan. Pada hari itu jam 11 malam, dia pergi mengunjungi salah satu temannya yang juga anggota klub memancing, setelah berbicara sebentar ia mengendarai motornya pulang ke rumah.

Sebenarnya dengan mata tertutup pun sudah bisa mengendarai motor sampai ke rumah, tapi sangatlah aneh, di depan mata tiba-tiba muncul sungai terbentang luas, ini sebelumnya tidak pernah ada. Karena ingin menghindari sungai, dia mengerem sekuat-kuatnya dan terdengarlah suara benturan yang keras "Bang....", motornya menabrak tiang lampu, dan sewaktu sadar dia sudah berada di rumah sakit.

Yang Pi Ik mengendarai motor menabrak tiang lampu, ini memang kejadian yang tidak dapat diduga, namun masih bisa dianggap wajar. Tetapi ada kejadian aneh setelah itu. Semua luka ditubuhnya begitu cepat sembuh, hanya saja mulut dan tenggorokannya luka berat sehingga semua giginya lepas dan tidak bisa makan, selama sebulan ini dia makan dengan diinfus. Anehnya lagi, luka bibir atas dan bawah sudah 7 kali dijahit oleh dokter, namun tetap belum bisa sembuh juga.

Setiap kali mulutnya sudah membaik dan buka jahitan, esok hari mulutnya membengkak dan membusuk. Lalu dokter menggunakan jahitan kimia, sehingga setelah 7 hari,jahitannya lepas sendiri, namun mulutnya mulai membengkak lagi. Dokter pun sudah tidak berdaya, berusaha mengobati hingga 10 kali, namun tak kunjung sembuh. Siksaan yang sudah beberapa bulan ini membuatnya menderita. Yang Pi Ik sudah mulai putus asa, mulutnya yang bengkak seperti ikan memakan ulat di kail, mulutnya seperti kena pancing.

Pada suatu hari, kekasih Yang Pi Ik menjenguknya dan tiba-tiba berkata, "Mulutmu ini seperti mulut ikan waktu kena pancing." Kata-kata ini membuat hati Yang Pi Ik merinding, dia baru sadar, setiap kali ikan hasil pancingan, mulut ikan tersebut pasti robek. Dia merasa bersalah, dengan ditemani sang kekasih menyiapkan bunga dan lilin menghadap langit bertobat dan berikrar kelak tidak akan memancing lagi.

Memang sungguh aneh, sejak bertobat dan berjanji tidak akan memancing lagi, mulutnya pelan-pelan membaik dan tidak membengkak, dalam waktu seminggu sudah sembuh total. Maka dari itu anggota klub memancing terus berkurang, sedangkan Liu Cia Chun sendiri juga sudah lama sekali tidak memancing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar