Minggu, 19 April 2015

Tuan Redaksi

Saya mempunyai seorang teman yang membuka usaha media massa khususnya koran, dia bernama Si Wu Muk dan mendapat panggilan Muk Siung, selain seorang pendiri, dia juga menjabat sebagai redaksi, wartawan, mencetak, menjual dan menerima iklan-iklan.

Usaha media masa di Thailand kebanyakan seperti itu, sehingga penerbitan koran hanya 2 kali setiap bulannya, bersamaan dengan pengumuman lotere pemerintah. Muk Siung orangnya santai, sangat suka membantu sesama, sehingga dia disukai dan dipercaya oleh masyarakat. Apalagi koran terbitan Muk Siung mendapatkan omset tertinggi di antara media massa lainnya.

Beberapa tahun yang lalu, sebuah vihara di kota tempat tinggal Muk Siung akan membangun patung Buddha yang sangat besar, sehingga dari luar kota dan dalam kota, banyak pihak yang menyumbangkan uang serta tenaga agar patung Buddha ini cepat selesai. Pada saat itu entah kerasukan setan apa, Muk Siung memfitnah dengan menulis di korannya bahwa patung yang akan dibangun vihara itu adalah sebuah patung iblis, yang dalam bahasa Thailand disebut "Re Se".

Kata Re Se ini tidak semuanya berarti iblis, namun juga bisa diartikan sangat besar yang tak bisa diukur. Iblis ada beberapa macam diantaranya iblis mara, iblis dewa, iblis yaksa / setan, dan di Thailand ada dewa penjaga pintu vihara yang disebut Re Se. Pada koran tersebut ditulis tentang vihara akan membangun sebuah patung iblis, sehingga banyak orang yang percaya ini merupakan suatu perbuatan yang sama sekali tidak menghormati Buddha.

Dia bahkan menulis, kalau patung iblis itu sudah dibangun, maka kota ini harus hati-hati karena akan mendatangkan malapetaka. Masalah ini membuat pimpinan vihara dan semua umatnya merasa redaksi koran ini memang sengaja ingin mencari masalah. Semua orang bilang Muk Siung sudah keterlaluan, entah ada dendam apa dengan pimpinan vihara, sehingga memfitnahnya dengan cara seperti ini.

Sebenarnya dalam membangun patung Buddha tersebut, pihak vihara tidak sepenuhnya meminta bantuan dana dari luar. Vihara dan redaksi koran juga tidak ada sangkut pautnya, apalagi Muk Siung dengan pimpinan vihara biasanya juga baik-baik saja, namun bukannya membantu malahan memfitnah dan mengatakan patung iblis ini adalah bencana di akhir jaman dalam agama Buddha, sehingga di dalam maupun luar kota juga sependapat dengannya.

Setiap masalah yang melebihi batas pasti akan berakibat pecah dan hancur. Pimpinan vihara, Phu Luan Ta Se adalah seorang biksu yang pelatihan dirinya cukup mendalam, pada awalnya beliau hanya tersenyum menanggapi berita ini, namun para umatnya merasa redaksi ini sudah sangat keterlaluan, berani menginjak kepala Buddha. Mereka semua memohon pimpinan vihara untuk menuntut redaksi karena telah menghina agama Buddha.

Biksu tua pergi ke pengadilan menuntut redaksi koran itu, berita ini tersebar sampai kemana-mana. Semua  orang membicarakan masalah ini bahkan ada yang sampai bertaruh siapakah pemenangnya antar biksu tua dan Muk Siung. Ada yang membela biksu tua karena mewakili Buddha dan apalagi Thailand adalah negara Buddha, sehingga hukum pasti akan berpihak ke biksu tua. Di lain pihak ada juga yang bilang kekuasaan Muk Siung sangatlah besar, selain mendapat julukan raja media, dia juga merupakan seorang pengacara, maka hukum akan memihaknya.

Sebelum mulai persidangan, berkas gugatan biksu tua diserahkan pada hakim untuk dipelajari terlebih dahulu, karena jaksa dan hakim sangat menghormati biksu tua ini, sekaligus mereka juga teman baik Muk Siung, sehingga bermaksud damai diluar sidang. Pepatah mengatakan "Kotoran anjing boleh dimakan, namun masalah jangan sekali-kali masuk persidangan". Apalagi yang satu adalah biksu luhur dan lainnya seorang yang terkenal, keduanya sangat dihormati oleh masyarakat. Namun biksu tua telah terpengaruh umatnya, sehingga hakim sudah tidak berdaya lagi, dan memulai sidang sesuai dengan hari yang ditentukan.

Muk Siung walaupun adalah seorang pengacara, namun kali ini dia menyewa seorang pengacara pemerintah yang terkenal untuk membelanya. Hari pertama sidang, banyak masyarakat yang datang untuk mendengar, satu gedung penuh sesak, bahkan ada yang menunggu di jalan.

Sang jaksa mulai dengan membaca gugatan dari biksu tua beserta semua barang bukti yang berupa guntingan klip koran, dan bertanya apa pembelaan serta penjelasan dari pihak pengacara terdakwa? Sang pengacara menerima semua gugatan dan mengatakan ini semua memang benar adanya, namun dia menjelaskan dengan kata-kata lebih sempurna seperti: Apa yang disebut dengan Re Se? Ini artinya patung Buddha yang sangat besar, bukanlah berarti iblis. Sedangkan tulisan di koran yang mengatakan bahwa kota akan tertimpa bencana, ini semua bermaksud baik, maksudnya adalah bila patung Buddha itu dibangun kurang kokoh, maka akan mudah runtuh, sehingga rakyat akan terkena musibah, hanya bermaksud agar berhati-hati membangun, tidak ada arti yang lainnya.

Dengan gaya bicaranya yang luwes, sang pengacara menjelaskan serta meyakinkan para juri, sehingga akhirnya sebuah perang pendapat yang sebenarnya akan terpecah, akhirnya menjadi tenang dan damai, tanpa sedikitpun rasa dendam. Jaksa dan hakim ingin keduanya damai, sehingga mengharuskan Muk Siung memohon maaf kepada biksu tua dihadapan sidang ini dan biksu tua dengan lapang dada mencabut gugatan. Pada mulanya mereka bersikeras, namun setelah dinasehati teman dan tokoh masyarakat lainnya, maka sidang ini ditutup sampai disini saja.

Perselisihan antara Muk Siung dan pimpinan vihara akhirnya selesai sudah, namun ada beberapa umat yang kecewa akan hasil sidang. Cerita seharusnya berhenti sampai disini, namun ada peristiwa aneh yang terjadi.

Muk Siung dan istrinya sama-sama berumur 39 tahun, dan sudah mempunyai 2 orang putra serta seorang putri. Putri kecilnya kini sudah berumur 13 tahun, sehingga mereka tidak pernah berpikir untuk mempunyai anak lagi. Namun suatu hari ada kejadian aneh, mendadak saja istrinya yang sering dipanggil dengan Muk Ta Sau itu hamil.

Melahirkan dan merawat anak adalah tanggung jawab suami istri, walaupun mereka ada sedikit terkejut bisa hamil di usianya sekarang. Namun merasa ini masih merupakan hal yang wajar. Namun terjadilah suatu hal yang aneh! Proses melahirkan Muk Ta Sau berjalan lancar dan melahirkan seorang bayi mungil yang sehat.
Hanya saja di dahinya ada 3 kerutan, alisnya berwarna merah muda panjang hingga ke telinga, wajahnya segi 4 dan mulutnya besar, sehingga sekilas dilihat seperti iblis, namun setelah dilihat dengan seksama wajahnya persis seperti iblis Re Se penjaga pintu vihara.

Bidan yang membantu melahirkan sangatlah terkejut melihat bayi ini, semua dokter dan suster datang melihat keanehan ini, semuanya tidak percaya bahwa manusia bisa melahirkan bayi seperti itu, sepertinya iblis datang menitis ke dunia, tapi tidak peduli bagaimanapun juga, semuanya adalah kenyataan yang harus diterima.

Muk Sau melahirkan anak iblis, berita ini tersebar kemana-mana, sehingga hampir ribuan orang datang ke rumahnya untuk melihat bayi itu. Banyak yang bertanya mengapa bisa begini? Setelah ditelusuri, teringat akan beberapa tahun yang lalu Muk Siung menggunakan media massa memfitnah vihara akan membangun sebuah patung iblis, mempermainkan biksu tua.

Walau masalah itu sudah lewat, namun sang iblis benar-benar telah datang untuk memenuhi permintaannya dan dilahirkan di rumahnya. Setiap hari ada serombongan orang datang untuk melihat bayi aneh, sehingga suami istri tersebut hampir gila dan cukup menderita, akhirnya mereka pindah rumah. Namun tidak lama kemudian diketahui orang lain, sehingga ada rombongan orang lagi yang datang melihat, bahkan ada juga wartawan dari siaran televisi luar negeri memohon untuk memotret bayi aneh itu.

Sang bayi mulai beranjak dewasa, mulutnya yang besar dan alisnya yang panjang memancarkan wajah iblis. Dan yang aneh lagi, biasanya bayi pertama kali akan keluar gigi depan, namun anak Muk Siung ini pertama kali yang keluar adalah gigi taringnya. Sampai disini, Muk Siung mengakui inilah hukum karma karena telah memfitnah Buddha.

Sudah beberapa kali ingin meracuni anaknya hingga mati, namun tidak sampai hati, sehingga hanya bisa pindah dan pindah rumah lagi. Akhirnya mereka mencari dokter untuk memotong gigi taring anak itu karena telah keluar bibir, namun wajahnya yang berkerut dan mulutnya yang besar tidak bisa diubah lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar