Saya mempunyai seorang teman yang membuka usaha media massa khususnya
koran, dia bernama Si Wu Muk dan mendapat panggilan Muk Siung, selain seorang
pendiri, dia juga menjabat sebagai redaksi, wartawan, mencetak, menjual dan
menerima iklan-iklan.
Usaha media masa di Thailand kebanyakan seperti itu, sehingga penerbitan koran
hanya 2 kali setiap bulannya, bersamaan dengan pengumuman lotere pemerintah.
Muk Siung orangnya santai, sangat suka membantu sesama, sehingga dia disukai
dan dipercaya oleh masyarakat. Apalagi koran terbitan Muk Siung mendapatkan
omset tertinggi di antara media massa lainnya.
Beberapa tahun yang lalu, sebuah vihara di kota tempat tinggal Muk Siung akan
membangun patung Buddha yang sangat besar, sehingga dari luar kota dan dalam
kota, banyak pihak yang menyumbangkan uang serta tenaga agar patung Buddha ini
cepat selesai. Pada saat itu entah kerasukan setan apa, Muk Siung memfitnah
dengan menulis di korannya bahwa patung yang akan dibangun vihara itu adalah
sebuah patung iblis, yang dalam bahasa Thailand disebut "Re Se".
Kata Re Se ini tidak semuanya berarti iblis, namun juga bisa diartikan sangat
besar yang tak bisa diukur. Iblis ada beberapa macam diantaranya iblis mara,
iblis dewa, iblis yaksa / setan, dan di Thailand ada dewa penjaga pintu vihara
yang disebut Re Se. Pada koran tersebut ditulis tentang vihara akan membangun
sebuah patung iblis, sehingga banyak orang yang percaya ini merupakan suatu
perbuatan yang sama sekali tidak menghormati Buddha.
Dia bahkan menulis, kalau patung iblis itu sudah dibangun, maka kota ini harus
hati-hati karena akan mendatangkan malapetaka. Masalah ini membuat pimpinan
vihara dan semua umatnya merasa redaksi koran ini memang sengaja ingin mencari
masalah. Semua orang bilang Muk Siung sudah keterlaluan, entah ada dendam apa
dengan pimpinan vihara, sehingga memfitnahnya dengan cara seperti ini.
Sebenarnya dalam membangun patung Buddha tersebut, pihak vihara tidak
sepenuhnya meminta bantuan dana dari luar. Vihara dan redaksi koran juga tidak
ada sangkut pautnya, apalagi Muk Siung dengan pimpinan vihara biasanya juga
baik-baik saja, namun bukannya membantu malahan memfitnah dan mengatakan patung
iblis ini adalah bencana di akhir jaman dalam agama Buddha, sehingga di dalam
maupun luar kota juga sependapat dengannya.
Setiap masalah yang melebihi batas pasti akan berakibat pecah dan hancur.
Pimpinan vihara, Phu Luan Ta Se adalah seorang biksu yang pelatihan dirinya
cukup mendalam, pada awalnya beliau hanya tersenyum menanggapi berita ini,
namun para umatnya merasa redaksi ini sudah sangat keterlaluan, berani
menginjak kepala Buddha. Mereka semua memohon pimpinan vihara untuk menuntut
redaksi karena telah menghina agama Buddha.
Biksu tua pergi ke pengadilan menuntut redaksi koran itu, berita ini tersebar
sampai kemana-mana. Semua orang membicarakan masalah ini bahkan ada yang
sampai bertaruh siapakah pemenangnya antar biksu tua dan Muk Siung. Ada yang
membela biksu tua karena mewakili Buddha dan apalagi Thailand adalah negara
Buddha, sehingga hukum pasti akan berpihak ke biksu tua. Di lain pihak ada juga
yang bilang kekuasaan Muk Siung sangatlah besar, selain mendapat julukan raja
media, dia juga merupakan seorang pengacara, maka hukum akan memihaknya.
Sebelum mulai persidangan, berkas gugatan biksu tua diserahkan pada hakim untuk
dipelajari terlebih dahulu, karena jaksa dan hakim sangat menghormati biksu tua
ini, sekaligus mereka juga teman baik Muk Siung, sehingga bermaksud damai
diluar sidang. Pepatah mengatakan "Kotoran anjing boleh dimakan, namun
masalah jangan sekali-kali masuk persidangan". Apalagi yang satu adalah
biksu luhur dan lainnya seorang yang terkenal, keduanya sangat dihormati oleh
masyarakat. Namun biksu tua telah terpengaruh umatnya, sehingga hakim sudah
tidak berdaya lagi, dan memulai sidang sesuai dengan hari yang ditentukan.
Muk Siung walaupun adalah seorang pengacara, namun kali ini dia menyewa seorang
pengacara pemerintah yang terkenal untuk membelanya. Hari pertama sidang,
banyak masyarakat yang datang untuk mendengar, satu gedung penuh sesak, bahkan
ada yang menunggu di jalan.
Sang jaksa mulai dengan membaca gugatan dari biksu tua beserta semua barang
bukti yang berupa guntingan klip koran, dan bertanya apa pembelaan serta
penjelasan dari pihak pengacara terdakwa? Sang pengacara menerima semua gugatan
dan mengatakan ini semua memang benar adanya, namun dia menjelaskan dengan kata-kata
lebih sempurna seperti: Apa yang disebut dengan Re Se? Ini artinya patung
Buddha yang sangat besar, bukanlah berarti iblis. Sedangkan tulisan di koran
yang mengatakan bahwa kota akan tertimpa bencana, ini semua bermaksud baik,
maksudnya adalah bila patung Buddha itu dibangun kurang kokoh, maka akan mudah
runtuh, sehingga rakyat akan terkena musibah, hanya bermaksud agar berhati-hati
membangun, tidak ada arti yang lainnya.
Dengan gaya bicaranya yang luwes, sang pengacara menjelaskan serta meyakinkan
para juri, sehingga akhirnya sebuah perang pendapat yang sebenarnya akan
terpecah, akhirnya menjadi tenang dan damai, tanpa sedikitpun rasa dendam.
Jaksa dan hakim ingin keduanya damai, sehingga mengharuskan Muk Siung memohon
maaf kepada biksu tua dihadapan sidang ini dan biksu tua dengan lapang dada
mencabut gugatan. Pada mulanya mereka bersikeras, namun setelah dinasehati
teman dan tokoh masyarakat lainnya, maka sidang ini ditutup sampai disini saja.
Perselisihan antara Muk Siung dan pimpinan vihara akhirnya selesai sudah, namun
ada beberapa umat yang kecewa akan hasil sidang. Cerita seharusnya berhenti
sampai disini, namun ada peristiwa aneh yang terjadi.
Muk Siung dan istrinya sama-sama berumur 39 tahun, dan sudah mempunyai 2 orang
putra serta seorang putri. Putri kecilnya kini sudah berumur 13 tahun, sehingga
mereka tidak pernah berpikir untuk mempunyai anak lagi. Namun suatu hari ada
kejadian aneh, mendadak saja istrinya yang sering dipanggil dengan Muk Ta Sau
itu hamil.
Melahirkan dan merawat anak adalah tanggung jawab suami istri, walaupun mereka
ada sedikit terkejut bisa hamil di usianya sekarang. Namun merasa ini masih
merupakan hal yang wajar. Namun terjadilah suatu hal yang aneh! Proses
melahirkan Muk Ta Sau berjalan lancar dan melahirkan seorang bayi mungil yang
sehat.
Hanya saja di dahinya ada 3 kerutan, alisnya berwarna merah muda panjang hingga
ke telinga, wajahnya segi 4 dan mulutnya besar, sehingga sekilas dilihat
seperti iblis, namun setelah dilihat dengan seksama wajahnya persis seperti
iblis Re Se penjaga pintu vihara.
Bidan yang membantu melahirkan sangatlah terkejut melihat bayi ini, semua
dokter dan suster datang melihat keanehan ini, semuanya tidak percaya bahwa
manusia bisa melahirkan bayi seperti itu, sepertinya iblis datang menitis ke
dunia, tapi tidak peduli bagaimanapun juga, semuanya adalah kenyataan yang
harus diterima.
Muk Sau melahirkan anak iblis, berita ini tersebar kemana-mana, sehingga hampir
ribuan orang datang ke rumahnya untuk melihat bayi itu. Banyak yang bertanya
mengapa bisa begini? Setelah ditelusuri, teringat akan beberapa tahun yang lalu
Muk Siung menggunakan media massa memfitnah vihara akan membangun sebuah patung
iblis, mempermainkan biksu tua.
Walau masalah itu sudah lewat, namun sang iblis benar-benar telah datang untuk
memenuhi permintaannya dan dilahirkan di rumahnya. Setiap hari ada serombongan
orang datang untuk melihat bayi aneh, sehingga suami istri tersebut hampir gila
dan cukup menderita, akhirnya mereka pindah rumah. Namun tidak lama kemudian
diketahui orang lain, sehingga ada rombongan orang lagi yang datang melihat,
bahkan ada juga wartawan dari siaran televisi luar negeri memohon untuk
memotret bayi aneh itu.
Sang bayi mulai beranjak dewasa, mulutnya yang besar dan alisnya yang panjang
memancarkan wajah iblis. Dan yang aneh lagi, biasanya bayi pertama kali akan
keluar gigi depan, namun anak Muk Siung ini pertama kali yang keluar adalah
gigi taringnya. Sampai disini, Muk Siung mengakui inilah hukum karma karena
telah memfitnah Buddha.
Sudah beberapa kali ingin meracuni anaknya hingga mati, namun tidak sampai
hati, sehingga hanya bisa pindah dan pindah rumah lagi. Akhirnya mereka mencari
dokter untuk memotong gigi taring anak itu karena telah keluar bibir, namun
wajahnya yang berkerut dan mulutnya yang besar tidak bisa diubah lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar